Senin, 01 November 2010

Kimia Aspartam (Gula Dengan Kalori “0”)

Aspartam merupakan pemanis buatan dari golongan gula non-sakarida yang banyak dipakai untuk produk-produk diet atau produk rendah kalori. Aspartam lebih manis sekitar 180-200 kali daripada gula biasa dengan konsentrasi yang sama. Artinya dengan menggunakan pemanis ini maka kita hanya memerlukan 1/200 kali lebih sedikit aspartam dibanding dengan menggunakan gula biasa.
Aspartam tak lain adalah metil ester dari dipeptida asam amino alami yaitu asam aspartat dan fenilalanin. Aspartam ditemukan secara tidak sengaja oleh James Schlatter, seorang kimiawan G D Searle Co pada tahun 1965. Schlatter tanpa diduga telah mensintesis aspartame pada saat dia membuat obat anti pereda nyeri.

Sintesis Aspartam
Terdapat 3 reagen yang diperlukan untuk sintesis aspartame yaitu, methanol, fenilalanin, dan asam aspartat. Bahan awal yang dibutuhkan untuk membuat aspartame adalah campuran rasemat dari fenilalanin, hanya L-fenilalanin yang akan digunakan untuk sintesis. Isomer L dan D dari fenilalanin dipisahkan dengan penambahan Ac2O dan NaOH, hasil reaksinya kemudian direaksikan dengan Porcine Kidney Acylase dan kemudian diekstraksi dengan pelarut organik diikuti dengan pengasaman. D-fenilalanin akan terdapat di fasa organik sedangkan L-fenilalanin akan terdapat pada fasa air.
Gugus asam L-fenilalanin kemudian diubah menjadi metil ester dengan menggunakan methanol dan HCl.

Terakhir mereaksikan metil ester fenilalanin dengan asam aspartat untuk menghasilkan struktur dipeptida. Tahap ini memerlukan beberapa tahap sebab gugus fungsi asam pada asam aspartat harus dilindungi agar tidak bereaksi, yang kita perlukan hanya satu dari dua gugus fungsi asam aspartat yang nantinya bereaksi dengan gugus fungsi amina pada metil ester fenilalanin.

Sifat Kimia Aspartam
Aspartam memiliki rumus kimia C14H18N2O5 dan berat molekul 294.31 Aspartam memiliki dua gugus fungsi yang bisa terionisasi dan keduanya ada pada bagian residu asam aspartat. Pada pH netral, aspartam ada dalam dua bentuk terionisasi. Aspartam stabil maksimal pada pH 4,3. Aspartam pada suhu kamar berbentuk bubuk putih yang tidak berbau dan titik leburnya 248-2500C.

Mengapa Aspartam Disebut Gula Dengan 0 Kalori?
Agar kita mengetahui mengapa aspartam disebut gula 0 kalori maka marilah kita melakukan suatu perhitungan sederhana. Misalkan suatu produk minuman dengan kemasan botol 330 mL memerlukan gula biasa sebanyak 50 gram untuk mendapatkan tingkat kemanisan tertentu sesuai dengan standart minuman tersebut, maka dengan menggunakan aspartam kita hanya memerlukan: (kita menggunakan tingkat kemanisan aspartam 200 kali dari gula biasa)
Gram aspartame yang dibutuhkan:
= 1/200 x 50 g
= 0,25 g
Aspartam dimetabolisme dalam tubuh menjadi komponen penyusunnya yaitu asam aspartat, fenilalanin, dan methanol. Seperti halnya asam amino yang lain maka setiap gram asam amino dimetabolisme dalam tubuh dengan menghasilkan 4 kalori, karena kita memiliki 0,25 g aspartame maka:
Mol aspartame
= 0,25/294.31
= 8,5 x10-4 mol
Reaksi penguraian aspartame menjadi penyusunnya :
C14H18N2O5 + 3H2O +2H+ -> C4H7NO4 + C9H11NO2 + CH3OH + H2O
Perbandingan mol asam aspartat dan fenilalanin adalah 1:1 maka massa masing-masing asam amino ini adalah:
Asam aspartat
= 8,5 x10-4 mol x 133 = 0,11 g
Fenilalanin
= 8,5 x10-4 mol x 165 = 0,14 g
Kalori yang dihasilkan adalah:
= (0,11 g + 0,14 g ) x 4 = 1 kalori
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa dengan mengkonsumsi minuman yang menggunakan aspartame sebagai pemanis maka kita hanya memperoleh 1 kalori saja. Hal ini sama saja dengan mengatakan kalorinya bisa diabaikan oleh sebab itulah maka aspatam bisa dipakai sebagai pengganti gula dengan 0 kalori.

badays07 Edogawa: Seputar URINE

badays07 Edogawa: Seputar URINE

Seputar URINE

Proses reaksi antigen anti bodi adalah proses immunilogis, dimana antigen merupakan suatu substansi asing yang bila terdapat didalam organisme menyebabkan timbulnya pembentukan suatu antibodi. Antibodi pada dasarnya adalah suatu jenis protein yang secara barsama-sama disebut immunoglobin. Kelompok antibody antara lain yaitu : Ig A, Ig D, Ig E, Ig M. Masing-masing antibodi mengikat antigen secara spesifik.
Sistem urinary terdapat hormone Aldosteron dan ADH (Antidurietik Hormon). Aldosteron dihasilkan oleh kelenjar Ardanal, yang berperan mengasrobsi Na oleh ginjal. ADH dihasilkan oleh kelenjar Hypophyse bagian belakang yang berfungsi mengrangi ekskresi air oleh ginjal. Salah satu cara antibodi menetralisir antigen adalah dengan cara menyebabkan aglutinasi. Terdapatnya HCG dalam urine akan menetralisir anti bodi sehingga tidak terjadi aglutinasi.

Sistem urine bertanggung jawab untuk berlangsungnya bermacam-macam produk buangan dari dalam tubuh. Sekresi urine dan mekanisme fungsi ginjal dimulai dari glamerolus yaitu saringan tiap menit kira-kira darah yang mengandung 500 ccm. Plasma menglir melalui semusa glomuluri, dan sekitar 100 ccm (10%) dari iti disaring keluar. Plasma yang berisi garam, glukosa, dan benda halus lainnya disaring sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori saringan dan tetap tinggal dalam aliran darah.Cairan yang disaring yaitu filtrate glomerolus, yang kemudian menglir melalui tubulus renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh serta yang tidak ditinggalkan dengan mengubah-ubah dan mengtur susunan urine disatu sisi dan susunan darah disisi sebaliknya.(Effendi et all, 1981)

Tingkat keasaman (pH) urine pada manusia berkisar antara 4,5-8 yang bergantung pada kecepatan proses sekresi asam, produksi NH4 dan ekskresi HCO-.(Scrateherd, 1990). Banyak urine yang dialkalis jumplah NH 4 adalah nol, sedangkan urin yang asam jumplahnya maksimal. NH4 yang terbentuk bergantung pada pH cairan tubulus dan kecepatan produksi NH3.

Dalam keadaan normal semua glukosa di absrobsi kembali. Air sebagian besar diabsrobsi dan kebanyakan produk buangan dikeluarkan dalam keadaan tertentu. Kemudian tubula menambah bahan pada urine yang mengakibatkan sekresi urin terdiri dari tiga fase yaitu: fitrasi glomulorus, reasrobsi tubula dan sekresi tubula. (Effendi et all, 1981)

HCG atau Human Chorionik Gonadotropin adalah suatu gliko protein yang mengandung galaktosa dan heksosamin. HCG disekkresikan kedalam urine pada awal kehamilan. Prinsip kerja immunological HCG test adalah suatu reaksi penghambatan aglutinasi yang digunakan untuk menunjukan hormone Human Chorionik Gonadotropin yang disekresikan kedalam urine selama masa kehamilan.
HCG adalah suatu hormone glikoprotein yang mempertahankan sistem reproduksi wanita dalam keadaan cocok untuk hamil. HCG disintesis pada Retikulum Endoplasma, glikosilase disempurnakan apparatus golgi (Johnson, 1994)

Spesifikasi biodiesel ditentukan oleh Badan Standardisasi Nasional melalui Standar Nasional Indonesia (SNI).

Tabel Standar Nasional Indonesia untuk biodiesel
No Karakteristik Satuan Nilai Metode Uji
1 Angka Setana min. 51 ASTM D 613
2 Massa Jenis (400 C) kg/m3 820 - 860 ASTM D 1298
3 Viskositas kinematik ( 400 C) mm2/s (cSt) 2.3 - 6.0 ASTM D 445
4 Titik Nyala (Flash Point) 0C min. 100 ASTM D 93
5 Titik Kabut (Cloud Point) 0C max. 18 ASTM D 2500
6 Titik Tuang (Pour Point) 0C max. 18 ASTM D 97
7 Kandungan Air %-volume max. 0.05 ASTM D 2709
8 Gliserol Bebas %-massa max. 0.02 AOCS Ca 14-56
9 Gliserol Total %-massa max. 0.24 AOCS Ca 14-56
10 Total Acik Number (TAN) mg KOH/gr max. 0.8 ASTM D 664
11 Soponification Number mg KOH/gr - perhitungan
12 Ester Content %-massa min. 96.5 perhitungan

Keterangan spesifikasi biodiesel dapat dilihat dibawah ini :
# Angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri (auto ignition). Skala untuk angka setana biasanya menggunakan referensi berupa campuran antara normal setana (C16H34) dan alpha metyl napthalena (C10H7CH3) atau dengan heptemethylnonane (C16H34). Normal setana memiliki angka setana 100, alpha metyl napthalena memiliki angka setana 0, dan hepta metylnonane memiliki angka setana 15. Angka setana suatu bahan bakar biasanya didefinisikan sebagai persentase volume dari normal setana dengan campurannya tersebut.
# Massa jenis menunjukkkan perbandingan berat persatuan volume. Karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per satuan volume bahan bakar.
# Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler terhadap gaya gravitasi. Biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk mengalir pada jarak tertentu. Jika viskositas semakin tinggi maka tahanan untuk mengalir semakin tinggi. Karakteristik ini sangat penting karena mempengaruhi kinerja injektor pada mesin diesel.
# Titik nyala atau titik kilat ( flash point ) adalah titik temperatur terendah yang
menyebabkan bahan bakar menyala. Penentuan titik nyala ini berkaitan dengan keamanan dalam penyimpangan dan penanganan bahan bakar.



# Titik kabut atau titik awan (Cloud Point) adalah temperatur saat minyak mulai berkeruh bagaikan berkabut, tidak lagi jernih pada saat didinginkan. Jika temperature diturunkan lebih lanjut akan didapat titik tuang.
# Titik tuang (Pour Point) adalah Temperatur terendah yang menunjukkan mulai terbentuknya kristal parafin yang dapat menyumbat saluran bahan bakar. Titik ini dipengaruhi oleh derajat ketidak jenuhan (angka iodium). Semakin tinggi ketidakjenuhan, titik tuang akan semakin rendah. Titik tuang juga dipengaruhi panjang rantai karbon. Semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi titik tuangnya.
# Kadar air (Water Content) yang nilainya diatas ketentuan akan menyebabkan reaksi yang terjadi pada konversi minyak lemak tidak sempurna (terjadi penyabunan). Bisa juga terjadi pada hidrolisis pada biodiesel sehingga akan meningkatkan bilangan asam, menurunkan PH dan meningkatkan sifat korosif. Pada temperatur rendah, air dapat mendorong terjadinya pemisahan pada biodiesel murni dan dalam proses blending. Sementara itu, sedimen pada biodiesel dapat menyumbat dan merusak mesin.
# Gliserol bebas (Free Gliserol) adalah gliserol yang hadir sebagai molekul gliserol dalam bahan bakar biodiesel. Gliserol bebas ada karena proses pemisahan antara ester dan gliserol yang tidak sempurna.
# Gliserol Total (Total Gliserol) adalah jumlah gliserol bebas dan gliserol terikat. Gliserol terikat (bonded glycerol) adalah gliserol yang dalam bentuk molekul mono, di dan trigliserida.
# Angka Asam Total (Total Acid Number) adalah banyaknya mili gram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam – asam bebas di dalam satu gram contoh biodiesel. Angka asam yang tinggi merupakan indikator biodiesel masih mengandung asam lemak bebas, berarti biodiesel bersifat korosif dan dapat menimbulkan jelaga atau kerak di injektor mesin diesel.
# Angka penyabunan (Saponification Number) adalah banyak mili gram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram contoh biodiesel.
# Kadar ester (Ester Content) adalah banyak kadar ester dalam persentase pada satu sample.

BOD DAN COD SEBAGAI PARAMETER PENCEMARAN AIR DAN BAKU MUTU AIR LIMBAH

Dalam kasus-kasus pencemaran perairan, baik itu laut, sungai, danau
maupun waduk, seringkali diberitakan bahwa nilai BOD dan COD perairan telah
melebihi baku mutu. Atau sebaliknya, pada kasus pencemaran lainnya yang
mendapat protes dari masyarakat sehubungan dengan adanya limbah industri,
ditanggapi dengan dalih bahwa nilai BOD dan COD perairan masih memenuhi
baku mutu. Dalam salah satu harian (Kompas edisi Senin, 12 Desember 1994)
juga terdapat suatu berita dengan judul “Sebaiknya, parameter BOD dan COD
tak dipakai penentu baku mutu limbah” yang kurang lebih merupakan pendapat
dari salah satu pakar bioremediasi lingkungan dari Universitas Sriwijaya,
Palembang. Menurut pakar tersebut, dalam banyak kasus kesimpulan yang
hanya didasarkan pada hasil analisis BOD dan COD (juga pH) belum merupakan
jawaban ada tidaknya pencemaran lingkungan oleh suatu industri. Di sisi lain,
BOD dan COD adalah parameter yang menjadi baku mutu berbagai air limbah
industri selain beberapa parameter kunci lainnya. Nampaknya terdapat
persepsi pada sementara kalangan yang menempatkan BOD dan COD agak
berlebihan dari yang seharusnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam tulisan ini akan dikaji apa itu
sebenarnya BOD dan COD, bagaimana cara atau prinsip pengukurannya, dan
apakah memang sebaiknya tidak dipakai sebagai penentu baku mutu air limbah.

Pengertian BOD dan COD

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Ditegaskan
lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD
adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable organic
matter). Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen
yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai
respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertianpengertian
ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah
oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah
bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan.
Sedangkan COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen
yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam
air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara
kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam
dan panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991),
sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang
kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara
COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai
yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak
bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan
organik yang ada.

Metode pengukuran BOD dan COD
Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur
kandungan oksigen terlarut awal (DOi) dari sampel segera setelah pengambilan
contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang
telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20 oC) yang
sering disebut dengan DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai
BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Pengukuran
oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode Winkler,
iodometri) atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang
dilengkapi dengan probe khusus. Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap,
agar tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam
suhu yang tetap selama lima hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi
oleh mikroorganime, sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan
oksigen tersisa ditera sebagai DO5. Yang penting diperhatikan dalam hal ini
adalah mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa pada pengamatan hari
kelima sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka nilai BOD tidak dapat
ditentukan.

Pada prakteknya, pengukuran BOD memerlukan kecermatan tertentu
mengingat kondisi sampel atau perairan yang sangat bervariasi, sehingga
kemungkinan diperlukan penetralan pH, pengenceran, aerasi, atau
penambahan populasi bakteri. Pengenceran dan/atau aerasi diperlukan agar
masih cukup tersisa oksigen pada hari kelima. Secara rinci metode pengukuran
BOD diuraikan dalam APHA (1989), Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy,
1991) atau referensi mengenai analisis air lainnya.

Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai bahan
organik, maka analisis BOD memang cukup memerlukan waktu. Oksidasi
biokimia adalah proses yang lambat. Dalam waktu 20 hari, oksidasi bahan
organik karbon mencapai 95 – 99 %, dan dalam waktu 5 hari sekitar 60 – 70 %
bahan organik telah terdekomposisi (Metcalf & Eddy, 1991). Lima hari inkubasi
adalah kesepakatan umum dalam penentuan BOD. Bisa saja BOD ditentukan
dengan menggunakan waktu inkubasi yang berbeda, asalkan dengan menyebut4
kan lama waktu tersebut dalam nilai yang dilaporkan (misal BOD7, BOD10) agar
tidak salah dalam interpretasi atau memperbandingkan. Temperatur 20 oC
dalam inkubasi juga merupakan temperatur standard. Temperatur 20 oC adalah
nilai rata-rata temperatur sungai beraliran lambat di daerah beriklim sedang
(Metcalf & Eddy, 1991) dimana teori BOD ini berasal. Untuk daerah tropik
seperti Indonesia, bisa jadi temperatur inkubasi ini tidaklah tepat. Temperatur
perairan tropik umumnya berkisar antara 25 – 30 oC, dengan temperatur
inkubasi yang relatif lebih rendah bisa jadi aktivitas bakteri pengurai juga lebih
rendah dan tidak optimal sebagaimana yang diharapkan. Ini adalah salah satu
kelemahan lain BOD selain waktu penentuan yang lama tersebut.
Metode pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena menggunakan
peralatan khusus reflux, penggunaan asam pekat, pemanasan, dan titrasi
(APHA, 1989, Umaly dan Cuvin, 1988).

Pada prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium
bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui)
yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian
dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat
ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai
untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat
ditentukan. Kelemahannya, senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan
yang dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi (De Santo, 1978), sehingga dalam
kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk gambaran
kandungan bahan organik.

Bilamana nilai BOD baru dapat diketahui setelah waktu inkubasi lima
hari, maka nilai COD dapat segera diketahui setelah satu atau dua jam. Walaupun
jumlah total bahan organik dapat diketahui melalui COD dengan waktu
penentuan yang lebih cepat, nilai BOD masih tetap diperlukan. Dengan
mengetahui nilai BOD, akan diketahui proporsi jumlah bahan organik yang
mudah urai (biodegradable), dan ini akan memberikan gambaran jumlah
oksigen yang akan terpakai untuk dekomposisi di perairan dalam sepekan (lima hari) mendatang. Lalu dengan memperbandingkan nilai BOD terhadap COD
juga akan diketahui seberapa besar jumlah bahan-bahan organik yang lebih
persisten yang ada di perairan.
Pengukuran BOD dan COD
BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau KOB (kebutuhan oksigen biokimiawi) adalah suatu pernyataan untuk menyatakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk degradasi biologis dari senyawa organik dalam suatu sampel. Pengukuran BOD dengan sendirinya digunakan sebagai dasar untuk mendeteksi kemampuan senyawa organik dapat didegradasi (diurai) secara biologis dalam air. Perbedaan antara BOD dan COD (Chemical Oxygen Demand) adalah bahwa COD menunjukkan senyawa organik yang tidak dapat didegradasi secara biologis.
Secara analitis BOD (biochemical oxygen demand) adalah jumlah mg oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan zat organik secara biokimiawi dalam 1 liter air selama pengeraman 5 x 24 jam pada suhu 20o oC. Sedangkan COD (chemical oxygen demand) atau KOK (kebutuhan oksigen kimiawi) adalah jumlah (mg) oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasikan zat organik dalam 1 liter air dengan menggunakan oksidator kalium dikromat selama 2 jam pada suhu 150 oC.

Manfaat Susu Kedelai

Susu kedelai mulai populer di kalangan banyak masyarakat sebagai pilihan baru selain susu sapi. Susu kedelai mudah didapat dan murah harganya. Di kampung halaman saya, satu porsi kantong susu kedelai dibandrol seribu rupiah. Untuk kalangan menengah ke atas, biasanya membeli susu kedelai di supermarket. Susu kedelai memiliki nilai lebih baik dari susu sapi dan susu formula. Berikut paparan manfaat kandungan dari susu kedelai.
Protein
Protein yang terkandung dalam susu kedelai tersusun dari asam amino berupa lesitin, arginin, lisin, glisin, niasin, leusin, isoleusin, trionin, triptofan, fenillalanin. Berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh, memperbaiki jaringan rusak, menjaga pertumbuhan tubuh.
Karbohidrat, Lemak Nabati
Sebagai sumber energi dalam tubuh, sebagai lemak baik dalam tubuh.
Serat/Fiber
Sangat baik untuk memperlancar pencernaan makanan dan pembuangan.
Vitamin A
Vitamin yang berguna untuk menjaga kesehatan mata, membantu proses reproduksi, melancarkan sistem kerja saraf tubuh.
Vitamin B1 dan B2
Berfungsi untuk memancing reaksi-reaksi proses dalm tubuh dan vit B2 sebagai pigmen pada susu sapi dan susu kedelai.
Vitamin E
Mencegah kanker kulit, mencegah keriput kulit, membantu proses menstruasi, mencegah impotensi, mengobati kadiovaskular (penyakit jantung), dan antioksidan.
Mineral
Sebagai penambah kekuatan pada struktur tulang gigi, kuku, juga sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit.
Polisakarida
Berfungsi sebagai pengendali kadar gula yang berlebih dalam darah.
Isoflavon
Sebagai zat ajaib susu kedelai, guna menyehatkan tubuh lebih bugar pantang terkena berbagai penyakit.
Kolesterol Baik (HDL)
Dalam tubuh terdapat kolesterol jahat yang menuai pengapuran pembuluh darah. Maka HDL atau kolesterol baik dalam susu kedelai mampu mencegah pengapuran tersebut dengan melawan kolesterol jahat.
Kalsium
Berfungsi sebagai pembentuk kandungan tulang baru, memperkuat tulang, mengatur fungsi otot, meredarkan darah dengan normal, mengontrol asam lemak di usus.
Dengan ringkasan manfaat susu kedelai ini semoga bisa menjadikan susu kedelai yang kaya gizi sebagai minuman pilihan menggantikan soda, softdrink, ataupun alkohol.